Selasa, 12 Juni 2012

Elastisitas Harga Permintaan dn Penawwran

A. Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa (konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Koefisien Elastisitas Permintaan
Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :
Ed = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan harga,
Keterangan
ED = Elastisitas permintaan
Q2 = Kuantitas permintaan setelah perubahan
Q1 = Kuantitas permintaan awal
P2 = Harga setelah perubahan
P1 = Harga awal
Dalam perhitungan koefisien elastisitas ini, angka minus tidak perlu ditulis karena kita telah mengetahui bahwa antara harga dan permintaan berslope negatif. Artinya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan, dan sebaliknya (hukum permintaan).
Contoh : Apabila harga es krim naik dari $2 menjadi $2,2 dan jumlah pembelian turun dari 10 batang menjadi 8 batang, maka elastsitas permintaan dihitung sebagai berikut :
Koefisien sebesar 2,32 menunjukkan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen akan menimbulkan perubahan permintaan sebesar 2,32 %. Elastisitas permintaan memiliki hubungan negatif (arahnya berbalikan), yaitu ketika harga naik permintaan akan turun, vice versa.
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan
Ada lima jenis elastisitas permintaan :
  1. Permintaan tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis.
  2. Permintaan tidak elastis : elastisitas < 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.
  3. Permintaan uniter elastis : elastisitas = 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.
  4. Permintaan elastis : elastisitas > 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.
  5. Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama.
Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Ada empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan :
1. Produk substitusi.
Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga.
2. Prosentase pendapatan yang dibelanjakan.
Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis. Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang harganya murah.
3. Produk mewah versus kebutuhan.
Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.
4. Jangka waktu permintaan dianalisis.
Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, semakin elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek, kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh konsumen, sehingga mereka tetap membeli produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen pindah ke produk lain.
Elastisitas dan Total Penerimaan (penjual/produsen)
Elastisitas permintaan mempengaruhi total penerimaan yang diterima oleh penjual ataupun produsen. Hubungan keduanya adalah sebagai berikut :
1. Permintaan tidak elastis sempurna (= 0), perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas yang diminta atas barang. Dengan demikian, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan, vice versa.
2. Permintaan tidak elastis (< 1), prosentase perubahan kuantitas yang diminta < dari prosentase perubahan harga. Oleh karena itu, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
3. Permintaan uniter elastis (= 1), prosentase perubahan kuantitas = prosentase perubahan harga. Dengan demikian, tidak ada pengaruh terhadap total penerimaan.
4. Permintaan elastis (> 1), prosentase perubahan kuantitas yang diminta > dari prosentase perubahan harga. Oleh karenanya, kenaikan harga akan menurunkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
5. Permintaan elastis sempurna (tak terhingga), kenaikan harga akan menyebabkan permintaan turun jadi 0. Oleh karenanya, kenaikan harga sekecil apapun akan menghilangkan total penerimaan. Sementara penurunan harga akan menurunkan total penerimaan.
Pembuktian akan hubungan antara hubungan antara elastisitas dan total penerimaan ini dapat disimulasikan sendiri dengan menentukan koefisien elastisitas sebuah produk.
Elastisitas Permintaan Silang
Elastisitas permintaan silang mengukur bagaimana perubahan kuantitas yang diminta atas sebuah produk mempengaruhi harga produk lainnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
http://yasinta.files.wordpress.com/2008/07/4fc94e1f73a2945e2555c2022367e2a4.png?w=245&h=46
Keterangan :
EA,B = elastisitas silang antara produk A dan B
P1B = harga awal produk B
P2B = harga produk B setelah perubahan
ΔQA = kenaikan permintaan produk A
Q1A = kuantitas permintaan awal produk A
Q2A = kuantitas permintaan produk A setelah harga produk B berubah
ΔPB = kenaikan harga produk B
Elastisitas silang berhubungan dengan karakteristik kedua produk, yaitu :
1. Produk substitusi.
Elastisitas permintaan silang adalah positif, dimana kenaikan harga produk A akan menaikkan permintaan atas produk B. Contoh produk substitusi : minyak tanah dan kayu bakar, makanan ringan yang tersedia dalam berbagai merek, beras berkualitas sama mereak A dan B, dan lain sebagainya.
2. Produk komplementer.
Elastisitas permintaan silang adalah negatif , dimana kenaikan harga produk A akan menurunkan permintaan produk B, vice versa. Contoh produk komplementer misalnya bensin dan mobil (mobil tidak dapat digunakan tanpa bensin). Jika harga bensin naik, permintaan akan mobil akan cenderung turun.
Elastisitas Permintaan Pendapatan (pembeli/konsumen)
Elastisitas permintaan pendapatan (elastisitas pendapatan) mengukur bagaimana kuantitas permintaan merespon terhadap perubahan pendapatan pembeli. Rumus perhitungannya adalah :
Elastisitas pendapatan = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan pendapatan
Elastisitas pendapatan ditentukan oleh jenis produk, yaitu :
1. Produk normal.
Elastisitas pendapatan adalah positif. Misalnya, permintaan akan produk normal akan meningkat jika pendapatan meningkat. Contoh ekstrimnya adalah beras, dapat digantikan dengan ubi sebagai produk inferiornya.
2. Produk inferior.
Elastisitas pendapatan adalah negatif. Misalnya, permintaan akan produk inferior akan menurun jika pendapatan meningkat.
B. Elastisitas Harga Penawaran
Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa berubah ketika harganya berubah. Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Koefisien Elastisitas Penawaran
Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :
Es = % perubahan kuantitas penawaran / % perubahan harga,
atau http://yasinta.files.wordpress.com/2008/08/elasticity-3.jpg?w=251&h=60
Keterangan :
ES = Elastisitas penawaran
Q2 = Kuantitas penawaran setelah perubahan
Q1 = Kuantitas penawaran awal
P2 = Harga setelah perubahan
P1 = Harga awal
Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
Ada lima jenis elastisitas penawaran :
  1. Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat ditambah pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.
  2. Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
  3. Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan perubahan harga.
  4. Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
  5. Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dapat menyuplai berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pada biaya per unit konstan dan tidak ada limit kapasitas produksi.



Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Ada dua faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu :
1. Kemampuan penjual/produsen merubah jumlah produksi.
Ini berkaitan dengan biaya dan kapasitas produksi. Penawaran akan cenderung tidak elastis apabila salah satu dari hal-hal berikut terjadi :
- Biaya produksi untuk menaikkan jumlah penawaran besar. Misalnya jika produksi saat ini telah mencapai skala ekonomis dan biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akan menambah biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam skala tidak ekonomis.
- Atau kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan kapasitas akan memerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yang membutuhkan investasi besar.
Sementara penawaran akan cenderung elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya.
2. Jangka waktu analisis.
Pengaruh waktu analisis terhadap elastisitas penawaran dibedakan menjadi tiga :
- Jangka waktu yang sangat singkat. Pada jangka waktu yang sangat singkat, penjual/produsen tidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi tidak elastis sempurna.
- Jangka pendek. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah dalam jangka pendek, namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran dapat dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran tidak elastis.
- Jangka panjang. Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan dalam jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
3. Stok persediaan.
Semakin besar persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena produsen dapat segera memenuhi kenaikan permintaan dengan persediaan yang ada.
4. Kemudahan substitusi faktor produksi/input.
Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga kerja, semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan tenaga kerja, semakin mudah produsen memenuhi perubahan permintaan yang terjadi. Ini karena kapital dan tenaga kerja ebih fleksibel, sehingga dapat ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu dibutuhkan.






ANALISIS
TABEL HARGA, PERMINTAAN, DAN PENAWARAN SEPEDA MOTOR SUPRA X CW NASIONAL TAHUN 2008 DAN TAHUN 2009
Tahun
Harga
Permintaan
Penawaran
 2008
8.600.000
2.874.576
6.000.000
2009
9.200.000
2.701.279
6.200.000

P1 = 8.600.000  P2 = 9.200.000
Qd1 = 2.874.576            Qd2 = 2.701.279
Qs1 = 6.000.000            Qs2 = 6.200.000

v  MENGHITUNG KOEFISIEN ELASTISITAS PERMINTAAN
Mencari koefisien elastisitas permintaannya, kita menggunakan rumus titik tengah.
  MENGHITUNG KOEFISIEN ELASTISITAS PENAWARAN
Menghitung koefisien elastisitas penawaran, menggunakan rumus titik tengah.
HARGA KESEIMBANGAN
Harga keseimbangan: Qd = Qs
·         Fungsi permintaan;
Pd = a + bQ
Pd =  – 
  = 
  = 
-8.600.000 P + 1.490.199.400.000 = 600.000 Q – 1.724.745.600.000
-8.600.000 P + 3.214.945.000.000 = 600.000 Q
Qd = -14,3 P + 5.358.241,7..........................................................(1)

·        Fungsi penawaran
Ps = a + bQ
=
200.000 P –1.720.000.000.000 = 600.000 Q – 3.600.000.000.000
200.000 P – 1.880.000.000.000 = 800.000 Q
Qs = 0,25 P – 2.350.000.................................................................(2)
·        Harga keseimbangannya adalah:
Qd = Qs
-14,3 P + 5.358.241,7 = 0,25 P – 2.350.000
7.708.241,7 = 14,55 P
P  = 529.776,1
Setelah harga keseimbangannya didapat, maka selanjutnya mencari quantity keseimbangannya:
Qs = 0,25 P – 2.350.000
Q = 0,25 (529.776,1) – 2.350.000
Q = 132.444,025 – 2.350.000
Q = -2.217.556,025
Jadi, harga keseimbangannya adalah pada saat,:
P =  529.776,1
Q =  -2.217.556,025


v  MENENTUKAN ELASTISITAS
·         Sesuai dengan Ed, koefisien elastisitas permintaannya yang bernilai = -0,92
Maka keelastisitasannya adalah IN ELASTIS. Karena nilainya lebih kecil dari 1. Yang artinya perubahan harga yang terjadi dari tahun 2008 sebesar Rp 8.600.000 ke 2009 sebesar Rp 9.200.000 mengakibatkan perubahan permintaan produk sepeda motor supra x cw yang relatif kecil.
·         Kemudian Es, koefisien elastisitas penawarannya mempunyai nilai = 29,85
Maka keelastisitasannya adalah ELASTIS. Karena nilainya lebih besar dari 1. Maksudnya perubahan harga yang terjadi dari tahun 2008 sebesar Rp 8.600.000 ke 2009 sebesar Rp 9.200.000 mengakibatkan perubahan penawaran produk yang relatif besar.
v  RAMALAN PENJUALAN
Setelah diketahui keelastisitasan dari permintaan dan penawaran produk sepeda motor supra x cw tersebut dapat diramalkan bahwa penjualan yang terjadi atau permintaan barang yang diserap masyarakat tidak mengalami perubahan yang besar dari tahun 2008 ke 2009. Karena sifat elastisnya adalah IN ELASTIS. Walaupun mengalami perubahan harga yang cukup signifikan dari Rp 8.600.000 menjadi Rp 9.200.000 adalah harga cash, tetapi perubahan quantity nya hanya 2.874.576 unit menjadi 2.701.279 unit, ataupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan penawaran yang dilakukan oleh produsen supra x cw mengalami peningkatan dari 6.000.000 unit menjadi 6.200.000 unit. Tapi perusahaan honda tidak akan mengalami kerugian karena cara pembayaran yang banyak dilakukan oleh konsumen adalah dengan kreditan dengan DP di muka. Dengan begitu produsen mendapatkan untung yang lebih dari yang semestinya sehingga dengan kreditan tersebut konsumen yang berekonomi menengah ke bawah dapat terjangkau.

BAB IV
PENUTUP
v  KESIMPULAN
Pada tahun 2008 harga dari supra x cw secara cash @Rp 8.600.000/unit mengakibatkan permintaan terhadap produk tersebut berjumlah 2.874.576 unit. Tetapi pada tahun selanjutnya 2009 harga dari supra x cw secara cash @Rp 9.200.000/unit mengakibatkan penurunan permintaan menjadi 2.701.279 turun sebanyak 173.297.
Tetapi penawaran yang dilakukan oleh produsen dari tahun 2008 sebanyak 6.000.000 unit mengalami pertambahan produksi sebanyak 200.000 unit menjadi 6.200.000 unit pada tahun 2009. Tetapi pundi-pundi keuntungan produsen Honda tidak hanya berasal dari produk supra x cw saja namun masih banyak lagi merek sepeda motor lainnya yang diproduksi oleh perusahaan Honda
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno,sadono. mikro ekonomi teori pengantar. jakarta. rajawali pers. 2009


 . Elastisitas Pendapatan per Kapita terhadap Investasi
Tabel 6Perhitungan Elastisitas Pendapatan per Kapita terhadap InvestasiProvinsi DI Yogyakarta (2000-2004)
TahunPDRB per Kapita
 Δ
Pendapatanper Kapita (%)Investasi
 Δ
Investasi(%)Elastisitas Pendapatan per Kapitaterhadap Investasi
2000
4.319.258 - 3.777.198
-
-
2001
4.473.418 3,57 3.888.934 2,96 1,207
2002
4.643.746 3,81 4.271.387 9,83 0,387
2003
4.783.320 3,01 4.721.448 10,54 0,285
2004
5.010.080 4,74 5.556.301 17,68 0,268
Rata-rata
0,537
Sumber: Data BPS 2000-2004, diolah
Pada dasarnya perhitungan dalam Tabel 6 dapat dilakukan untuk data tahun tertentu saja.Akan tetapi, penggunaan angka beberapa tahun dapat memberikan informasi yang lebihpasti sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Tabel 6 menunjukkan bahwa elastisitas pendapatan per kapita Provinsi DI Yogyakartaterhadap perubahan investasi relatif kecil. Rata-rata besarnya elastisitas DI Yogyakarta padatahun 2000 sampai dengan 2004 adalah sebesar 0,537. Hal ini berarti secara rata-rataselama empat tahun terakhir, pertumbuhan investasi Provinsi Di Yogyakarta sebesar satupersen dapat mendorong pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi DI Yogyakarta sebesar 0,537 persen.Simulasi tersebut dapat dijadikan masukan dalam penyusunan strategi yang dapat diambiloleh Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta untuk meningkatkan pendapatan per kapitamasyarakatnya. Berdasarkan hasil simulasi di atas dapat dikalkulasi bahwa apabilaPemerintah DI Yogyakarta bermaksud untuk meningkatkan PDRB per kapita, misalnyasebesar sebesar 5 persen, maka perlu peningkatan investasi sekitar 9,31 persen.
Penggunaan Konsep Elastisitas dalam Perumusan Kebijakan di Daerah
Konsep elastisitas dapat digunakan untuk beragam kebutuhan analisis di daerah. Terkaitkebijakan pembiayaan daerah, konsep elastisitas dapat berguna dalam menentukan sektor mana atau aktivitas mana yang dapat memberikan hasil yang paling signifikan atau yangmenimbulkan biaya paling minimal. Dengan demikian, tidak terjadi pemborosan pembiayaandan efisiensi pembiayaan daerah dapat tercipta.Dalam penyediaan pelayanan publik di daerah, Pemerintah dapat menggunakan analisiselastisitas untuk mengetahui seberapa besar dampak peningkatan pengeluaran publik disuatu sektor terhadap peningkatan penerimaan (pajak dan retribusi) sektor tersebut. Sebagaipenyedia barang dan jasa publik, Pemerintah Daerah dapat pula menganalisis dampakkenaikan tarif layanan umum terhadap berbagai faktor, misalnya terhadap pendapatandaerah. Di sisi lain, konsep elastisitas juga dapat berguna untuk mengukur dampak kebijakansubsidi terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di daerah.Hasil analisis menggunakan konsep elastisitas juga dapat digunakan sebagai dasar atauukuran dalam perencanaan, utamanya terkait target yang ingin dicapai. Dengan mengetahuielastisitas suatu variabel daerah terhadap variabel lainnya, Pemerintah Daerah dapatmenentukan target berdasarkan elastisitas tersebut sekaligus menyusun langkah-langkahdan strategi yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut. Dengan demikian,kebijakan strategi dan prioritas pembiayaan daerah pun menjadi lebih efisien dan efektif.
 
109
Daftar Pustaka
Adi, Priyo Hari, 2006, “Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, BelanjaPembangunan Dan Pendapatan Asli Daerah,” Simposium Akuntansi 9 Nasional diPadang,
http://info.stieperbanas.ac.id./makalah/K-ASPP03.pdf?PHPSESSID=703b100db979b07bfe9c917bb8b9442b 
Ali, Hashim, 1996, ”Comprehensive Economics Guide, Singapore: Oxford University PressBappenas, “ Peta Kemampuan Keuangan Provinsi dalam Era Otonomi Daerah: Tinjauan atasKinerja PAD, dan Upaya yang Dilakukan Daerah,”http://www.bappenas.go.id/index.php?module=Filemanager&func=download&pathext=ContentExpress/&view=85/kuangan_propinsi_Acc.pdf  Fisher, Ronald C., ”State and Local Public Finance,” United States: IrwinHutasuhut, Maradoli et al., 2001, ”The Demand for Beef in Indonesia: Implications for Australian Agribusiness,” University of New England,http://www.une.edu.au/gsare/publications/AREwp01-4.PDF Mangkoesoebroto, Guritno, 1993, ”Ekonomi Publik,” Yogyakarta: BPFERosen, Harvey S., 1999, ”Public Finance,” 5th ed, United States: McGraw-Hill CompaniesSudarman, Ari, 2000, ”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1, Yogyakarta: BPFEhttp://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/kajian%5Ckebijakan%20insentif%20Fiskal.pdf  http://www.stekpi.ac.id/skin/download6/EKMAN2.pdf  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar